Langsung ke konten utama

Aku dan Mereka

Hujan. Aku sangat menyukai hujan, tetapi Aku tidak menyukai saat setelah hujan. Aku tidak ingin hujan berhenti. Aku ingin ia tetap ada, menemaniku dengan suaranya yang merdu. Terkadang, hujan berkata padaku. Ia ingin selalu ada, menemaniku di saat Aku merasa sepi. Tetapi ia tidak bisa selalu ada karena ia terkadang memiliki kesibukan di tempat lain. 

 

Aku di sini. Duduk menikmati dinginnya latte favoritku, dengan diiringi suara derasnya hujan dan orang yang berbincang. Memandangi rintikan air yang jatuh dari kejauhan dan pohon-pohon yang riang bermandikan hujan. Alunan musik pop yang sangat mendukungku untuk menuliskan ide yang ada di kepalaku. 

 

Kemarin, terjadi suatu perkelahian di depan tempatku tinggal. Untuk sesaat, Aku berpikir banyak sekali jenis manusia di dunia ini. Mengapa bisa terdapat orang yang terpicu emosinya untuk hal yang sangat kecil, bahkan semut pun tidak akan marah untuk hal seperti itu. Aku takut, bingung dan marah di saat itu. Aku terdiam sejenak, memandangi dua orang tersebut saling menarik kera baju sambil memukul kepala satu dengan yang lain. Tak butuh waktu lama untuk orang di sekitar datang memisahkan dua manusia itu. Aku masih terdiam, melihat perkelahian itu dari awal sampai akhir dengan memegangi tahu yang baru saja kubeli. Orang-orang itu saling meneriaki dengan kata yang tidak pantas didengar oleh anak berumur 5 tahun. 

 

Aku masih berpikir, mengapa Aku terdiam di saat itu. Tidak melakukan apapun. Di satu sisi Aku berpikir itu adalah urusan mereka berdua. Di sisi lain Aku sangat ingin memisahkan mereka berdua, karena Aku muak dengan hal seperti itu. Saling melukai diri karena hal yang sangat kecil. Aku tahu bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan karakter yang berbeda-beda. Tidak ada yang sama persis meskipun mereka terlahir dari telur yang sama. Ada orang yang sangat mudah untuk berbuat baik, adapula orang yang sangat mudah untuk berbuat jahat. 

 

Ada kalanya, manusia akan memiliki kesadaran untuk menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Seseorang akan sadar untuk menjadi baik bukan dilihat dari bertambahnya usia mereka. Bukan berarti orang yang berumur 35 tahun telah sadar untuk menjadi baik daripada orang yang berumur 20 tahun. Hal yang membuat orang menjadi sadar, menurutku, tergantung pada apa yang telah mereka lalui. Banyak orang yang berkata padaku bahwa Aku telah dewasa terlalu cepat dari orang seusiaku. Menurut mereka (kebanyakan) ini adalah hal yang kurang baik. Seharusnya Aku menikmati masa mudaku dengan hal-hal yang fun, tidak terlalu memikirkan hal di masa depan, tetapi Aku tidak terlalu sependapat dengan mereka. Aku hanya mencoba menjadi diriku. Aku tidak ingin berpura-pura menjadi orang yang bukan diriku. Ya terkadang Aku merasa iri dengan teman-temanku yang tidak pernah berpikir tentang masa depan. Apa yang akan mereka lakukan di masa depan. Mereka hanya bersenang-senang untuk sekarang, tetapi Aku tidak bisa seperti itu. Kembali lagi, setiap orang memiliki perspektif mereka masing-masing. Orang-orang boleh memiliki pemikiran tentang diri kita, tetapi kita tidak boleh hidup sesuai dengan pemikiran orang lain. Karena bagiku, hidupku adalah hidupku. 

 

Note When you can’t think clearly, just stay away from everything and take your timeIt’ll help you!

Komentar

  1. Jadi diri sendiri, jangan dengerin kata orang orang. Lakukan yang membuat lu jadi diri sendiri :)

    BalasHapus
  2. aku suka hujan karna meskipun dia tau jatuh itu sakit tapi hujan selalu turun utk memberikan kesejukan bagi mereka yang merindukan setiap tetesan air yg jatuh.
    so, belajar utk jdi org yg kuat meski yg kita hadapi berat;)

    BalasHapus
  3. Is a merit casino? - DFS Casino Affiliate Program
    The merit casino website is one of the most recognizable and well-liked 제왕 카지노 of all online gambling sites. 메리트카지노 This is choegocasino a website which gives a

    BalasHapus
  4. main/mamdi hujan lebih seru 🙂

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fake

Aku kembali, setelah lebih dari setahun aku tidak menulis. Duduk dengan pakaian yang cukup rapi, yang telah Aku prediksi sebelumnya, akan menjadi pakaian sehari-hariku dalam beberapa tahun ke depan. Deringan telefon dan hembusan angin AC telah menjadi makanan telingaku untuk beberapa bulan terakhir.    Aku, telah menjadi seseorang yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Pikiran-pikiran yang muncul dan hal-hal yang dihadapi pun berbeda. Aku tetaplah aku, seseorang yang selalu menyimpan segala sesuatu di dalam pikiran. Aku telah masuk ke sebuah lingkungan yang baru, disertai dengan orang-orang yang baru pula. Mulai mengetahui kehidupan yang sebenarnya. Aku mulai menelaah kebiasaan orang-orang yang baru, yang ada di sekitarku. Ada beberapa yang benar-benar sesuai dengan prinsip hidupku, ada pula yang tidak. Aku tidak membenci atau menyalahkan mereka, dan tidak pernah terlintas dalam pikiranku untuk menuntut mereka menjadi seseorang yang Aku inginkan.    Aku, telah terpecah menjadi beberapa

Adil

Adil. Bahagia. Mereka. Tenang. Bersyukur. Beberapa kata yang sering muncul dalam pikiranku akhir-akhir ini. Terlalu sibuk dengan hal yang sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang pekerja hingga tak lagi memiliki waktu untuk memikirkan kehidupan. Mencoba untuk terlihat baik-baik saja, walau pikiran ini sudah tak lagi mampu menampung. Mungkin ada beberapa orang yang sadar akan hal itu, tetapi Aku tetap mencoba untuk terlihat baik-baik saja.   Apakah kehidupan ini adil? Ada beberapa temanku yang berkata kehidupan ini adil, ada yang berkata tidak, ada pula yang tidak pernah berpikir akan hal ini, dengan segala cerita dibalik itu semua. Hampir mereka semua, termasuk Aku (di masa lalu), menilai keadilan hidup ini dengan membandingkan kehidupan yang dilukis orang lain. Dengan teman dekat, keluarga, tetangga, rekan kerja, penemu mobil listrik, bahkan burung-burung tanpa dosa yang terbang bebas di langit sore hari.    Keadilan bagimu dan bagiku adalah hal yang tidak dapat dibandingkan, bahkan

Penyesalan - 2

Duduk di atas sofa empuk dibaluti kulit sintetis sambil menikmati pahitnya latte sembari melihat drama yang ada di dunia maya. Tidak berniat untuk menulis hari ini, tiba-tiba muncul sebuah ide yang cukup menarik diriku untuk mengeluarkan iPad untuk mengulik hal yang cukup rumit untuk dibahas karena sebenarnya, cukup sulit untuk dijelaskan melalui kata-kata.    Sekilas melihat masa lalu, seseorang yang rapuh penuh dengan kebodohan, menjadikan dunia sebagai tersangka atas hal buruk yang terjadi di masa lalu. Tidak pernah terpikir sudah hampir 16 tahun telah berlalu, hidup dalam rasa bersalah, yang tidak akan pernah dapat kuperbaiki. Rasa bersalah terhadap seseorang yang sangat berharga di masa kecilku, yang cukup cepat untuk pergi, di saat Aku sangat membutuhkannya. Papa, orang penuh humor yang selalu membawa canda tawa di setiap pertemuan.   Penyesalan yang tidak akan pernah dapat kuperbaiki, penyesalan yang akan selalu ku ingat sampai akhir hidup. Rasa bersalah, yang mungkin, bagi oran