Langsung ke konten utama

Sendiri

Drama. Kata yang selalu muncul ketika bertemu dengan semua orang. Bukan karena Aku tidak menyukai mereka, terkadang Aku terlalu bosan dengan hal itu. Bukan karena Aku orang yang suka menyendiri, tetapi karena Aku sudah terlalu bosan untuk mendengarkan kata-kata yang diucapkan mereka. Banyak orang berkata Aku adalah orang yang gampang untuk bergaul dengan orang baru, terlalu mudah untuk beradaptasi di tempat yang baru. Aku bukan mencoba untuk menjadi orang lain. Bukan juga berpura-pura untuk menjadi seseorang yang disukai oleh banyak orang.

Banyak orang yang sudah salah tentang Aku. Aku yang mereka tahu hanyalah beberapa jaringan dari satu organ saja. Banyak yang kusembunyikan, tentang segala hal. Mereka bukanlah orang-orang yang tepat untuk Aku berbagi, karena menurut-Ku, hanya Aku-lah orang yang tepat untuk Aku berbagi. Bukan karena Aku tidak percaya pada mereka, tetapi Aku ingin mereka menyelesaikan masalah mereka terlebih dahulu sebelum Aku berbagi pada mereka. Tetapi mereka adalah manusia, yang tak luput dari kesalahan dan ketidaksengajaan. Mereka tidak akan pernah dapat menyelesaikan masalah mereka, karena masalah akan tetap datang dalam keadaan apapun. Oleh karena itu, Aku tak pernah berbagi kepada mereka. 

Terkadang Aku ditegur oleh beberapa orang disekitar karena itu. Mereka berkata bahwa manusia adalah makhluk sosial, yang tak dapat melepaskan diri dari pengaruh manusia lain. Aku bukan mencoba untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Aku, hanya mencoba untuk menjadi seseorang yang mandiri, tak ingin bergantung kepada siapapun. Pergi berbelanja sendiri dan duduk disebuah kedai kopi sambil membaca novel dengan diiringi irama musik instrumental menjadi hal yang paling suka kulakukan. Seperti terbebas dari suatu belenggu untuk beberapa saat. Terkadang Aku sengaja mengambil jalan yang sedikit orang lalui untuk menghindari bertemu dengan orang yang kukenal. 

Bertemu dengan seseorang yang kukenal di jalan merupakan suatu masalah bagi diriku karena terkadang Aku dapat merasakan apa yang mereka sedang rasakan. Menambah pikiran yang ada di dalam kepalaku. Aku tidak menginginkannya, tetapi hal itu secara spontan terjadi. Rasa ingin tahu timbul dan memaksaku untuk mengambil suatu tindakan. Suatu tindakan yang akan mengakibatkan sesuatu terjadi. Baik ataupun buruk. Hal yang paling tidak kusukai adalah ketika sesuatu yang buruk terjadi kepada orang lain atas tindakan yang kuambil. Sangat sulit bagiku untuk tidak mengambil tindakan apapun ketika Aku mengetahui sesuatu. Itulah mengapa Aku lebih ingin sendiri. Tidak ingin menjadi bagian dalam hidup orang lain. Terdengar aneh, untuk anak seumurku berbicara mengenai hal ini, tetapi itulah Aku. Hanya ingin menjadi seseorang yang berdiri dibalik pohon yang rindang, dengan angin yang bertiup di malam hari, dibawah indahnya cahaya bulan, menjadi bayangan yang tak dapat terlihat oleh siapapun. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fake

Aku kembali, setelah lebih dari setahun aku tidak menulis. Duduk dengan pakaian yang cukup rapi, yang telah Aku prediksi sebelumnya, akan menjadi pakaian sehari-hariku dalam beberapa tahun ke depan. Deringan telefon dan hembusan angin AC telah menjadi makanan telingaku untuk beberapa bulan terakhir.    Aku, telah menjadi seseorang yang sedikit berbeda dari sebelumnya. Pikiran-pikiran yang muncul dan hal-hal yang dihadapi pun berbeda. Aku tetaplah aku, seseorang yang selalu menyimpan segala sesuatu di dalam pikiran. Aku telah masuk ke sebuah lingkungan yang baru, disertai dengan orang-orang yang baru pula. Mulai mengetahui kehidupan yang sebenarnya. Aku mulai menelaah kebiasaan orang-orang yang baru, yang ada di sekitarku. Ada beberapa yang benar-benar sesuai dengan prinsip hidupku, ada pula yang tidak. Aku tidak membenci atau menyalahkan mereka, dan tidak pernah terlintas dalam pikiranku untuk menuntut mereka menjadi seseorang yang Aku inginkan.    Aku, telah terpecah menjadi beberapa

Adil

Adil. Bahagia. Mereka. Tenang. Bersyukur. Beberapa kata yang sering muncul dalam pikiranku akhir-akhir ini. Terlalu sibuk dengan hal yang sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang pekerja hingga tak lagi memiliki waktu untuk memikirkan kehidupan. Mencoba untuk terlihat baik-baik saja, walau pikiran ini sudah tak lagi mampu menampung. Mungkin ada beberapa orang yang sadar akan hal itu, tetapi Aku tetap mencoba untuk terlihat baik-baik saja.   Apakah kehidupan ini adil? Ada beberapa temanku yang berkata kehidupan ini adil, ada yang berkata tidak, ada pula yang tidak pernah berpikir akan hal ini, dengan segala cerita dibalik itu semua. Hampir mereka semua, termasuk Aku (di masa lalu), menilai keadilan hidup ini dengan membandingkan kehidupan yang dilukis orang lain. Dengan teman dekat, keluarga, tetangga, rekan kerja, penemu mobil listrik, bahkan burung-burung tanpa dosa yang terbang bebas di langit sore hari.    Keadilan bagimu dan bagiku adalah hal yang tidak dapat dibandingkan, bahkan

Penyesalan - 2

Duduk di atas sofa empuk dibaluti kulit sintetis sambil menikmati pahitnya latte sembari melihat drama yang ada di dunia maya. Tidak berniat untuk menulis hari ini, tiba-tiba muncul sebuah ide yang cukup menarik diriku untuk mengeluarkan iPad untuk mengulik hal yang cukup rumit untuk dibahas karena sebenarnya, cukup sulit untuk dijelaskan melalui kata-kata.    Sekilas melihat masa lalu, seseorang yang rapuh penuh dengan kebodohan, menjadikan dunia sebagai tersangka atas hal buruk yang terjadi di masa lalu. Tidak pernah terpikir sudah hampir 16 tahun telah berlalu, hidup dalam rasa bersalah, yang tidak akan pernah dapat kuperbaiki. Rasa bersalah terhadap seseorang yang sangat berharga di masa kecilku, yang cukup cepat untuk pergi, di saat Aku sangat membutuhkannya. Papa, orang penuh humor yang selalu membawa canda tawa di setiap pertemuan.   Penyesalan yang tidak akan pernah dapat kuperbaiki, penyesalan yang akan selalu ku ingat sampai akhir hidup. Rasa bersalah, yang mungkin, bagi oran